Rabu, 09 Desember 2009

Ikhlas atau memang harus meminta ke Profesionalitasan?

Ini baru pertama kalinya saya benar-benar bingung harus memilih apa yang harus saya pijakan.
Ketika saya mendengar Pak Mario Teguh bilang kalau dibawah umur 35 tahun, bekerjalah dengan gaji seikhlasnya. Tapi disisi lain, dosen saya bilang, kalau guru itu bukan pahlawan tanpa tanda jasa karena kita manusia tetap membutuhkan seseorang untuk menghargai kita jadi kata dosen saya, jangan mau dibayar terlalu kecil.
Pengalaman saya, adalah hari ini...pengalaman sedih. simaklah.
Ketika setelah saya dua bulan bekerja memprivate anak berkebutuhan khusus penyandang tunagrahita dimana saya awalnya digaji se ikhlasnnya. Di Bulan pertama saya mengajar selama 18 hari, saya dibayar 400rb karena 3 hari saya harus ikut pelatihan ke hotel giri kembang, saya minta gantikan teman...dikira saya, saya akan digaji minimal 30rb perhari sehingga saya menjanjikan teman saya untuk memberinya 100rb. Nah saya jadi dapet 300rb bersihnya. No problem, itu juga Alhamdulilah banget. tetapi pas dibulan ke dua, saya mulai mengurangi hari jadi seminggu 3 kali jd sebulan 12 pertemuan nah ternyata eh ternyata saya cuma digaji 250rb. Agak tercengang juga. Secara saya lagi g dikasih uang jajan mengingat orangtua saya lg membangun rumah jd mau ga mau saya mengikuti...(kasihan juga).
Dari hasil gaji saya yang kedua itu saya benar-benar bingung, saya mencoba cari jawaban dengan sholat tp saya juga tidak dapat jawaban. Dan saya pun menanya-nanya dengan teman dan kakak. Mereka mengusulkan untuk membuat perjanjian dengan Ibu sang anak. Akhirnya saya sms Ibunya karena Ibunya sendang keluar kota. Saya bertanya perihal gaji saya yang sebenarnya, diapun bertanya saya maunya berapa. Tapi saya belum memberitahu kecuali saya sudah bertemu langsung.
Tibalah saat yaitu hari ini, saya ditelfon Ibunya untuk menanyakan perihal gaji. Setelah saya ditanya dan minta 30rb perhari eh malah mu selesai dulu. Ya ampun...katanya siy g ada hubungannya dengan permintaan gaji saya, tapi tetap aja kok saya merasa ini masalah. Berarti emang harusnya kita dibayar se Ikhlasnya donk?.
Alasannya siy karena siy anak dahulu dipaksa di masukan ke sekolah umum dimana dia harus mengejar keterbelakangan dia dan itu membutuhkan guru private. So, karena sekarang sudah disekolah SLB jadi agaknya kurang membutuhkan tangan dingin saya lagi.....halah...bisa-bisanya saya ngelucu padahal saya makin bingung.........kebutuhan dan keinginan makin banyak sedangkan sumber tak ada lagi. Tapi kalao dipikir-pikir kalaupun saya tidak mengatakan ini pasti tidak enak di saya juga. Merasa kurang ikhlas kan tidak baik juga...apalgi dipendam-pendam.
So, what this conclution abaout my problem? apakan besok-besok saya harus bekerja dengan bayaran se Ikhlasnya atau memang mesti ada kesepakatan seperti ini. Saya sendiri bersyukur pernah berani mencoba untuk speak up. karena, setiap hal pasti ada ilmunya, sebelum melangkah pelajari situasi pada saat melangkah jangan dipikirkan tapi lakukan. Semoga bermanfaat....